Manusia dan Kegelisahan

 Oleh : Wasis Budiarto,S.Pd


Dizaman sekarang ini tidak sedikit orang yang setiap harinya di hinggapi rasa gelisah. Baik karena faktor ekonomi, politik maupun karena cinta. Dalam kegelisahan itu seringkali timbul perbuatan-perbuatan yang tidak rasioanal. Marah tanpa sebab, menghina orang lain atau bahkan berbuat sesuatu yang dilarang hukum dan agama. Oleh karena itu pada kali ini penulis akan berbagi kepad pembaca tentang kegelisahan yang hadapi manusia.


Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya resah, rasa tidak tentram, rasa selalu khawatir, tidak tenang, tidak nyaman, tidak sabar, cemas dan seterusnya. Kegelisahan berarti perasaan gelisah, khawatir, cemas dan takut. Siapapun orangnya suatu saat pasti pernah merasakan hal-hal serupa. Mengapa semua ini harus terjadi pada diri manusia? Alasan mendasar, karena manusia memiliki perasaan dan hati. Bentuk kegelisahannya dapat berupa keterasingan, kesepian, dan ketidak patian hidup. Meskipun hal itu kadang-kadang tidak disadari sebab-sebab yang jelas.
Perasaan-perasaan semacam ini dalam kehidupan manusia silih berganti dengan kebahagiaan dan kekgembiraan. Orang yang sedang gelisah hatinya tidak tentram, merasa khawatir, cemas, takut, dan seterusnya. Dalam Qur’an Surat Al-Baqarah, Ayat 153 difirmankan bahwa agar manusia terlepas dari berbagai permasalahan hidup hendaknya dapat menggunakan sabar dan shalat itu sebagai penopongnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar.”
Menurut Sigmunt Freud perasaan cemas ini dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu :
1.       Kecemasan Kenyataan (Objektif)
Kecemsan ini dikarenakan adanya bahaya dari luar yang mengancam dan benar-benar dihadapi secara nyata. Misalnya, seorang ibu gelisah anaknya diculik, seorang yang gelisah karena anaknya sakit, seorang pelajar gelisah karena karena kartu ujiannya hilang dan sebagainya.
2.       Kecemsan neurotik (Syaraf)
Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari nalurinya. Misalnya, takut berada di suatu tempat yang asing dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya, rasa takut yang irasional semacam fobia, gugup/gagap atau gemeteran.
3.       Kecemasan Moral
Kecemasan ini muncul dari emosi diri sendiri yang memunculkan sifat iri, dengki, dendam dan hasut, tamak, pemarah dan rendah diri, dan sebagainya. Dengan adanya sifat ini manusia cenderung mengalami rasa khawatir, takut, cemas atau bahkan putus asa setelah melihat keberhasilan orang lain.
Yang dapat diupayakan kita sebagai manusia yang seringakli mengalami kecemasan adalah perupa pencegahan dan penanganan. Pencegahan yanag dapat dilakukan kita adalah selalu waspa dengan keadaanya yang akan terjadi sehingga kita mempersiapkan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Seperti ungkapan “sedia payung sbelum hujan”. Dan kitapu juga dapat melakukan penanganannya sesuai dengan keadaan kita masing-masing. Kegelisahan seringkali akan semakin besar dampaknya karena kita tidak siap menghadapinya sehingga terkejut melihat kenyataan yang terjadi.

Referensi : Sujarwo, 2010, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Pustaka Pelajar : Yogyakarta


Komentar

Tujuan Pendidikan Menurut Imam Ghazali

Tata Cara Mengirim Tulisan ke Harakatuna

Biografi : Ir. Soekarno

Cara Mengirim Artikel ke Opini detik.com