FALSAFAH KEPEMIMPINAN DALAM MUTIARA MUTIARA JAWA


Oleh : Wasis Budiarto,S.Pd

           Dikutip dari buku falsafah kememimpinan jawa (Sri wintala Achmad : 2018). Banyak falsafah jawa yang digunakan sebagai pegangan para pemimpin di negri ini. Bahwa sebelum negri ini berdiri yaitu pad masa kerajaan. Seperti sulta agung, pangeran diponegoro. Beberapa falsafah jawa yang lazim digunakan para pemimpin indonesia antara lain :

1.     1.  Gurung bengawan weteng segara
Artinya : berkerongkongan bengawan berperut samudra
Pengertian : dengan kebesaran jiwa dan kesabaran, seorang pemimpin harus bersedia menampung segala kritik yang membangun dan aspirasi yang besar dari seluruh bawahan dan rakyat. Sebab, tanpa kritik yang membangun, pemimpin akan seperti kereta yang berjalan tanpa seorang kusir. Tanpa aspirasi pemimpin akan lupa tujuannya di dalam memberikan kedamaian dan kesejahteraan bawahan dan rakyatnya.

2.      2. Tan waton maido, nanging maido mawa waton
Artinya            : tidak asal menolak kebenaran, namun menolak kebenaran dengan dasar atau alasan yang masuk akal.
Pengertian : seorang pemimpin yang bijaksana harus memberikan alasan setiap menyangsikan setiap laporan atau pernyataan bawahannya. Tanpa melakukan hal tersebut, bawahan akan menjadi tidak nyaman karena laporannya merasa dicurigai memiliki kesalahan. Sesuatu kesalahan tanpa diketahui karena pemimpin tidak memberikan alasan sama sekali.

3.     3.  Manjing ajur-ajer
Artinya : bersikap luws dan menyelaraskan diri
Pengertian : seorang pemimpin yang bijak harus luws dan menyelaraskan diri. Pengertian lain, seorang pemimpin harus bisa membawa diri saat berada ditengah-tengah rakyat biasa,ditengah-tengah para pejabat, di hadapan duta dari negara lain, dan sebagainya. Dengan mampu membawa diri, seorang pemimpin akan dicintai rakyatnya, disegani bawahannya, dan tetap berwibawa saat berada dihadapan duta dari luar negri.

4.     4.  Landhep panggraitane
Artinya : tajam pemikirannya
Pengertian : seorang pemimpin diharuskan memiliki intelektual yang cerdas serta tajam perasaannya. Dengan kedua model tersebut, seorang pemimpin akan dapat mengatasi segala persoalan secara efektif tanpa menyinggung perasaan pihaknlain serta hasilnya akan optimal.

5.     5.  Tan cengkah marang kautaman
Artinya : tidak bertentangan dengan kebajikan
Pengertian : seorang pemimpin diharuskan tidak melanggar garis-garis kebajikan. Segala perbuatannya harus dapat diteladani bawahannya. Karena sekali melakukan kejahatan semisal korupsi, maka hancurlah kewibawaannya dihadapan seluruh bawahan atau rakyatnya.

6.      6. Tan ban cindhe ban siladan
Artinya : tidak membeda-bedakan satu dengan lainnya.
Pengertian : seorang pemimpin harus berbuat adil. Sekalipun masih keluarga atau kerabat sendiri, bila berbuat salah harus mendapatkan sanksi atau hukuman yang setimpal. Sekalipun hanya bawahan yang berpangkat rendah atau orang lain, kalau berbuat kebajikan harus mendapatkan anugrah yang stimpal. Singkat kata, seorang pemimpin yang adil senantiasa memandang seluruh individu adalah sama dihadapan hukum.

7.      7. Gemi, nasiti, ngati-ati
Artinya : tidak boros, cermat, dan hati-hati
Pengertian : seorang pemimpin harus dapat meingkatkan kesejehteran rakyat dan negaranya tanpa memberos-boros anggaran yang ada. Karenanya seorang pemimpin harus cermat dan berhati-hati didalam membelanjakan anggarannya agar tidak mengalami kehancuran dimasa depan.

8.      8. Ora rumangsa bisa, nanging bisa rumangsa
Artinya : tidak merasa bisa, namun bisa merasa
Pengertian : seorang pemimpin yang cerdik selalu merasa bahwa dirinya adalah bodoh. Karenanya, seorang pemimpin hendaklah selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuannya. Bukan sebaliknya, karena sudah merasa pandai, lantas berhenti untuk belajar. Lebih parah lagi, seorang pemimpin yang sudah merasa pandai kemudia menjadi sombong. Akibatnya, pemimpin tersebut tidak disegani secara diam-diam oleh bwahan dan rakyatnya yang semakin kritis.

9.      9. Ora gumunan, ora kagetan, lan ora umuk
Artinya : jangan mudah heran, mudah terkejut, dan sombong
Pengertian : seorang pemimpin hendaklah tidak mudah hanyut, namun selalu tanggap atas segala sesuatu yang baru. Disamping itu, seorang pemimpin harus tanggap terhadap sesuatu, hendaklah jangan cepat sombong. Karena, sesombongan hanya akan membuat terperosokkan kejurang kehancuran.

1   10.  Manunggaling kawula gusti
Artinya : bersatunya bawahan (rakyat) dan pimpinan (raja/presiden)
Pengertian : seorang pemimpin harus menyatu dengan bawahannya. Dalam pengertian lebih luas, visi dan misi seorang pemimpin akan memenuhi target yang diharapkan, apabila selaras dengan suara suara hati rakyat. Apabila kemanunggalan suara antara pimpinan dan bawahan (rakyat) tidak teruwujud, maka visi dan misi tidak akan mencapai tujuan yang diaharapkan.

       Demikian beberapa falsafah kepemimpinan jawa yang dapat kami sajikan di tulisan kali ini. Kedepan harapannya bisa saya lanjutkan kembali tulisan tentang falsafah jawa mengenai kepemimpinan yang begitu banyak. 

Komentar

Tujuan Pendidikan Menurut Imam Ghazali

Tata Cara Mengirim Tulisan ke Harakatuna

Biografi : Ir. Soekarno

Cara Mengirim Artikel ke Opini detik.com