KISAH SALABAH

Oleh : Wasis Budiarto,S.Pd

Di zaman Rasulullah masih hidup, ada sahabat yang bernama Tsalabah. Hidupnya sangat miskin dan kekurangan, namun Tsalabah terkenal sebagai orang yang taat mengerjakan salat berjamaah bersama rasulullah serta sahabat lainnya. Setelah salat berjamaah di masjid, siang itu rasulullah menghampiri Tsalabah yang tergesa-gesa hendak pulang anpa membaca wirid dan berdo’a lebih dahulu.
“Tsalabah!...mengapa engkau tergesa-gesa pulang ? tidaklah engkau berdo’a terlebih dahulu ?
Tsalabah mengentikan langkahnya dan berterus terang kepada rasulullah.
“ Wahai Rasulullah...kami hanya memiliki sepasang pakaian untuk salat dan saat ini istriku belum melaksanakan salat karena menunggu pakaian yang aku kenakan ini. Kami sangat miskin ya Rarulullah..jika engkau berkenan, doa’kanlah kami agar Allah menghilangkan semua kemiskinan kami dan memberi rezeki yang banyak.
Rasulullah tersenyum mendengar penuturan Tsalabah, lalu beliau berkata, “Tsalabah sahabatku...., engakau dapat mensyukuri hartamu yanag sedikit, itu lebih baik daripada engakau bergelimang harta tetapi engkau menjadi manusia kufur.”
Nasehat rasulullah sedikit menghibur hati Tsalabah, karena sesungguhnya yang ada dalam benaknya adalah sudah bosan menjalani hidup yang serba kekurangan. Satu-satunya cara agar cepat mejadi kaya adalah memohon do’a kepada Rasulullah, karena do’a nabi pasti didengar Allah Swt.
Keesokan harinya ia kembali menemui Rasulullah dan memohon beliau mau mendoakannya agar menjadi orang kaya.
Setelah ketiga kalinya Tsalabah memohon, akhirnya Rasulullah tidak bisa menolak keinginan Tsalabah, beliau menengadahkan tangan ke langit..” Ya Allah...limpahkanlah rejeki-MU kepada Tsalabah.”
Kemudian Rasulullah memberikan kambing betina yang sedang bunting kepada Tsalabah.” Peliharalah kambing ini baik-baik..” pesan rasulullah.
Tsalabah pulang membawa kambing pemberian rasulullah dengan hati berbunga-bunga. “ Dengan modal kambing serta doa rasulullah, aku yakin aku akan menjadi orang kaya raya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Tsalabah yanag dulu miskin dan lusuh telah berubah menjadi orang kaya yang terpandang. Kambingnya berjumlah ribuan. Disetiap lembah dan bukit terdapat kambing-kambing Tsalabah. Sehingga Tsalabah lupa untuk beribadah kepada Allah, lupa untuk datang kemasjid untuk salat berjamaah. Bahkan salat Jum’at selalu ditinggalkan oleh Tsalabah karena kesibukannya mengurusi hewan ternaknya.
Sampai Rasulullah bertanya-tanya, “Benar Wahai sahabatku.....sudah sekian lama Tsalabah tidak kelihatan di masjid. Tahukan kalian bagaimana keadaannya sekarang ? “ Wahai Rasulullah ...Tsalabah sudh menjadi orang kaya.”
Benarkah ? Mengapa ia tidak pernah menyerahkan shodaqohnya sedikitpun ? “
Setelah Allah menurunkan ayat tentang kewajiban zakat, seluruh umat Islam di Madinah tak kecuali tsalabah berkewajiban membayar zakat. Dua utusan Rasulullah menemui Tsalabah membacakan ayat zakat. Kemudian setelah dihitung dari seluruh harta kekayaannya termyata memang banyak harta tsalabah yang harus diserahkan sebagai zakat. Tak disangka, Tsalabah mukanya berubah menjadi merah. Ia berang..” Aku bisa rugi ! kalian pulang saja. Aku tidak mau menyerahkan hartaku..!
Kedua utusan Rasulullah kembali menghadap Rasulullah dan menceritakan semua perbuatan Tsalabah. Beliau bersedih telah kehilangan seorang sahabat yang dulu tekun beribadah ketika miskin namun setelah kaya ia telah terpengaruh dengan harta kekayaannya. “Sungguh celaka Tsalabah ! Celakalah ia !”
Kemudian Allah menurunkan ayat 75 dalam surat At taubah. Celakalah engkau Tsalabah ! Allah telah menurunkan ayat karena perbuatanmu !” kata salah seorang kerabat tsalabah.
Tsalabah tertegun, ia baru sadar bahwa nafsu telah menguasai dirinya. Kini ia bergegas menghadap rasulullah dengan membawa zakat dari seluruh hartanya. Namun rasulullah tdak berkata apa-apa kecuali hanya sepatah kata “ sebab kedurhakaanmu, Allah melarangku untuk menerima zakatmu !”

Tsalabah..” inlah perumpamaan amalanmu selama ini.....sia-sia belaka ! aku telah perintahkan agar engkau menyerahkan zakat, tapi engkau menolak. Celakalah engkau Tsalabah.

Komentar

Tujuan Pendidikan Menurut Imam Ghazali

Tata Cara Mengirim Tulisan ke Harakatuna

Biografi : Ir. Soekarno

Cara Mengirim Artikel ke Opini detik.com