KISAH NABI ISA AS.
Nabi Imail As. Adalah putra Nabi
Ibrahim As. Sejak kecil Nabi Ismail As ditinggalakan oleh ayahnya, Nabi Ibrahim
As yang harus berpisah kerena melaksanakn perintah Allah Swt. Dia hidup bersama
ibunya di tempat yang tandus, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan dan
minuman. Kebingunan bertambah manakala terdengar tangisan Ismail yang kehausan.
Siti Hajar lari menuju bukit safa sampai safa sampai tiba di suatu tempat yang
bernama marwah. Di sanapun tidak ada air. Kejadian itu sampai berulang-ulang
sampai tujuh kali. Siti Hajar berlari antara bukit safa dan marwah. Berkat
kesabaran dan do’a ibunya yang bernama Siti Hajar, akhirnya Allah Swt
mengabulkan permohonan Siti Hajar. Sehingga atas kekuasaan Allah swt melalui
malaikat Jibril, keluarlah mata air zam-zam yang diberi ama telaga zam-zam.
B.
Pengorbanan Nabi Imail As
Kerinduan Nabi Ibrahim As. Kepada
anak kesayangannya seperti akan terobati karena Nabi Ibrahim As telah
menyelesaikan tugasnya dan akan pulang untuk kembali bersama anak dan istrinya.
Setelah bertahun-tahun berpisah akhirnya, Nabi Ibrahim As bisa bertemu dengan
keluarganya di sebuah tempat yang sekarang diberi nama padang Arafah. Dengan
senang hati mereka melakukan perjalanan pulang menuju Makkah. Dengan senang
hati mereka bertemu setelah sekian lama berpisah. Setelah melepaskan lelah
mereka melakukan perjalanan pulang menuju Makkah. Di tengah perjalanan, mereka
beristirahat dan tidur sejenak di Muzdalifah. Di saat tidur itulah Nabi Ibrahim
As bermimpi bahwa Allah Swt memerintahkan agar beliau menyembelih anak
kesayangannya yang baru bertemu dengannya. Kemudian berita itu di sampaiakan
kepada Nabi Ismail As. “ Hai anakku, aku bermimpi dalam tidurku diperintah
oleh Allah Swt untuk menyembelihmu”. Sebagai anak yang berbakti kepada
orang tua maupun kepada Allah Swt dengan tanpa ragu-ragu ia menjawab :”
wahai ayahku laksanakan apa yang Allah Swt, perintahkan, insyaallah aku
termasuk orang yang tabah menjalaninya”. Mendengar jawaban tersebut Nabi
Ibrahim As langsung memeluk Nabi Ismail As karena merasa terharu mempunyai anak
yang taat kepada Allah Swt dan patuh kepada orang tuanya. Suatu cobaan yang
sangat berat bagi Nabi Ibrahim As sebagai seorang ayah, maupun Nabi Ismail
sebagai seorang anak. Ketika Nabi Ibrahim As akan memulai menyembelih Ismail,
Allah Swt mengutus malaikat Jibril untuk mengganti Ismail dengan domba yang
gemuk. Allah Swt berfirman dalam QS. As-Saafat ayat 107 :
.........................................................................................................................................
Artinya :
“ dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. As-saffat, 37 :107)
Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan
Nabi Ibrahim As dan Ismail As. Maka Allah Swt melarang menyembelih Nabi Ismail
As dan untuk meneruskan berkorban. Allah Swt menggantinya dengan seekor
sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya kurban yang
dilakukan pada Hari Raya Haji.
Dari peristiwa inilah, asal mula
umat islam seluruh dunia melaksanakan kurban pada hari Raya Idul Adha. Itulah
keteladanan Nabi Islamil As dalam berbakti terhadap orang tunya.
A.
Durhaka kepada kepda orang tua
Akhlak tercela adalah akhlak yang
buruk dan tidak boleh dilakukan. Akhlak tercela disebut juga akhlak madzmumah.
Allah Swt melarang kita melawan kedua orang tua karena perbuatan tersebut
merupakan sikap durhaka kepada orang tua. Allah Swt sangat membenci anak yang
durhaka kepada orang tuanya. Dalam surah Al-Isra ayat 23 Allah Swt berfirman :
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Artinya :
“ Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkan
kepada mereka perkataan yang mulia. Mengucapkan kata ah! Kepada orang tua tidak
diperbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan
mereka dengan lebih kasar daripada itu.” (QS.Al-Isra,17 :23).
Nabi Muhammad Saw bersabda :
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Artinya :
“Keridhaan Tuhan tergantung keridhaan orang tua dan kemurkaan
tergantung kemurkaan Allah Swt” (HR.Bukhari).
Dengan demikian kita sebagai orang Islam
harus taat dan berbakti kepada kedua orang tua selama mereka mengajak untuk
kebaikan. Membantah dan berkata kasar kepada kedua orang tua merupakan
perbuatan tercela. Anak yang durhaka
kepada orang tuanya akan mendapatkan azab di dunia dan akhirat.
B.
Menghindari sifat durhaka melalui kisah Kan’an
Kan’an merupakan putra Nabi Nuh As yang
tidak mau taat terhadap orang tuanya. Meskipun ayahnya seorang Nabi. Nabi Nuh
As diangkat menjadi rasul ketika berusia 500 tahun. Namun dalam da’wahnya
selama lima abad tersebut, beliau hanya mempunyai pengikut sebanyak 80 orang.
Karena kaumnya sangat sulit untuk di ajak beriman kepda Allah Swt. Allah Swt berfirman
dalam surah Al-A’raf ayat 59 :
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Artinya :
“ Sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia
berkata : “wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu
selain-Nya.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah Swt), aku takut
kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).”(QS.Al-A’raf,7 :59).
Nabi Nuh As berdoa agar Allah Swt menurutkan
azab. Allah Swt mengabulkan do’anya dan memerintahkan Nabi Nuh As untuk membuat
perahu. Rencana Nabi Nuh As membuat perahu menimbulkan ejekan dari kaumnya
karena menurut mereka sangat aneh membuat perahu besar di daerah yang tandus
dan kesulitan untuk mendapatkan air. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surah Hud
ayat 38 :
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Artinya :
“ Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin
kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatanya Nuh :”jika kamu
mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu
sekalian mengejek (kami).” (Qs.Hud,11 :38).
Ejekan terhadap Nabi Nuh As bukan
hanya datang dari kaumnya tetapi putranya sendiri bernama Kan’an pun ikut
mengolok-olok. Karena melaksanakan perintah Allah Swt. Nabi Nuh As tetap
mengerjakan pembuatan perahu itu hingga selesai. Setelah pembuatan perahu itu
selesai Allah swt menurunkan hujan. Secara perlahan hujan mulai menggenangi
seluruh daratan. Namun Kan’an beserta sebagian besar kaumnya masih tetap
mengabaikan ajakan Nabi Nuh As. Hanya kaum yang beriman yang mau masuk kedalam
kapal itu.
Hujan tak kunjung berhenti sampai akhirnya
terjadi banjir yang sangat besar dengan ketinggian air yang hampir sama dengan
ketinggian gunung. Disaat itulah Nabi Nuh As tetap memanggil-manggil Kan’an agar
bergabung dengan kaumnya yang beriman dan masuk kedalam kepalanya. Dengan keras
hati Kan’an justru menjauh dari kapal Nabi Nuh As dan berlari kepuncak gunung
yang paling tinggi. Namun hujan semakin deras dan membuat air semakin tinggi
hingga menenggelamkan gunung tersebut. Maka tenggelamlah Kan’an bersama
orang-orang yang tidak mau beriman kepada Allah Swt. Allah swt berfirman surah
42-43 :
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Artinya :
“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana
gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh
terpencil:”wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu
berada bersama orang-orang yang kafir.”42” anaknya menjawab :”aku akan mencari
perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah !” Nuh berkata:”
tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang
maha penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah
anak ,itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (Qs.Hud,11:42-43).
Kisah ini merupakan contoh seorang
anak yang tidak mau patuh terhadap orang tuanya sampai celaka di akhir
hayatnya. Peristiwa tersebut harus dapat dijadikan peringatan bagi kita agar
jangan sampai menjadi anak yang durhaka terhadap kedua orang tua.
Komentar
Posting Komentar