POLITIK, PANGGUNG DAKWAH ATAU RUPIAH

Oleh : Wasis Budiarto

       Bila mendengar kata politik, kita seringkali kita acuh. Bahkan apatis atau tak peduli, karena terlalu banyak ketidak sesuaian dalam implrmentasinya dan juga ada yang bilang bahwa politik adalah dunia diantara hitam dan putih, tak ada kawan dan lawan yang abadi. Tiga bulan yang lalu seya diberi amanat untuk menjadi seorang moderator dalam sebuah kegiatan, dimana pengisinya adalah salah satu anggota DPR RI. Beliu menjelaskan tentang peta politik yang ada di Indonesia, dimana sudah banyak sejarah politik di Indonesia, baik yang berhasil membawa perubahan atau bahkan politik yang membuat catatan kelam. Kemudian beliu memberi motivasi kepada seluruh peserta seminar untuk ikut terjun ke gelanggang politik dengan sebuah tujuan yaitu membangun bangsa Indonesia. Saya ingat apa yang belliau katakan bahwa untuk bisa masuk pada panggung politik ada dua jalan yaitu menjadi orang yang kaya harta atau ilmu.


         Kenapa orang yang kaya harta dan ilmu ? tanya bapak yang sudah berkiprah di panggung politik itu kepada audiens. semua peserta seminarpu terdiam. dan kemudia pemateri yaitu salah satu anggota DPR RI itu menjelaskan. karena faktanya jelas, orang yang mampu berkiprah di panggung politik rata-rata orang kaya, dimana mempunyai modal saat kampanye. tapi tidak sedikit yang menjadi politisi bermodalkan ilmu. karena kepandaiannya di dukung oleh rakyat dan bahkan dana kampanyenayai dari suadaya yang dikumpulkan oleh rakyat yang menduungnya.

           Hampir satu setengah jam beliau menjelaskan tentang dinamika politik, dimana audiens semua terdiam mendengarkan dan sesekali tersenyum karena mendengar fakta adanya ketimpangan yang terjadi dalam panggung perpolitikan bangsa ini, dimana ujung-ujungnya korbanya ialah rakiyat. tapi audiens sejenak terlihat antusias, saat pemateri yang ditadangkan langsung dari Jakarta itu mengatakan bahwa pangung politik adalah ladang dakwah. dimana tujuan setiap umat Islam yang masuk panggung atau gelanggang politik adalah untuk menjalankan perintah Allah yaitu amar ma'ruf nahi mungkar.

       Mendengar itupun aku yang duduk disamping pemateri seketika tergugah, kelak bisa ikut berjihad dipanggung politik, seprti yang yang dilakukan oleh ulama-ulama yang masuk pada bingkai politik seperti Gus Dur, KH. Hamsyahas, KH. Zainudin,M.Z. Suguh sangat mulia, orang yang  berniat panggung politik, dimana politik sebagai salah satu sendi-sendi negara dapat dikendalikan oleh orang orang yang soleh dan memagang amanat, dan didasari untuk kemaslahatan umum, beramar ma'ruf nahi mungkar.

      Terlihat pematei yang duduk di sebelahku itu menyudahi penjelasannya dan membuka pertanyaan. belum saya beka termin pertanyaan, ada seorang pemuda yang berdiri dan bertanya pada anggota DPR RI itu. " Pak realitasnya untuk menjadi seorang bupati saja seorang calon harus mengeluarkan uang, dan tidak sedikit calon yang menjual mobil bahkan rumah demi untuk membagi-bagikan uang untuk bisa di toblos rakyat. dan banyak pula yang setelah menjadi pejabat bukannya berusaha mensejahterakan rakyat malah korupsi merongrong uang negara.

       belum selesai pemuda itu berhenti berbicara, narasumber langsung memotong dan berkata. intinya apa yang mau anda tanyakan saudara ? pemuda itupun langsung menjawab dengan tegas. apa yang harus kita lakukan melihat keadaan perpolitikan di indonesia yang bisa dikatakan carut-marut dan dihiasi tindakan korupsi yang seakan menghiasi media masa dan Tv setiap hari ?

      Beliupun terdiam sejenak dan mengambil nafas dalam-dalam. dan kemudia memuai penjelasannya " jadi begini saudara, ibarat kita di tengah sungai yang deras, dan ada pilihan untuk menepi. dan ada dua akar yang menjalar mana yang akan saudara pilih. akar pohon yang kering karena pohonnya yang sudah mati, atau akar yang menalar dari pohon yang berdiri kokoh. kesimpulannya, bahwa kita harus yakin dari sekian banyak rakyat Indonesia pastilah ada yang baik, dan jangan kritis yang membabi buta, seperti falsafah jawa mengatakan ojo ncrambah uyah. sehingga yang saat ini harus kita lakukan adalah mengawat pemimpin pemimpin kita agar tidak terjerumus ke lubang korupsi. 

      Karena apa, kita bisa mengatakan kebenaran itu saat kita tidak dihadapkan pada situasi dimana kemewahan dan uang yang melimpah menggoncang iman, tapi disamping sekarang menjadi pengawal dengan selalu kritis dan mendukung program pemerintah. tapi muali sekarang dari sekian banyak kalian yang ada disini harus mempersiapkan dilri menjadi calon generasi yang kelak berlaga dipanggung politik dengan persiapan dari sekarang dan kelak tidak terjerus sejaraoh buruk para pendahulu kita.

      Dari pe;maparan panjang itu saya dapat mengambil kesimpulan bahwa melihat panggung politik sebagai  la;dang dakwah atau rupiah, adalah bukan serta merta menyalahkan panggung politik itu sendiri, karena itu semua tergantung dari orangnya. pa tujuan dari masuknya kepanggung politik, apa mau berdakwah atau mengeruk rupilah. tapi suanguh sangt idealis apabila kelak ada seorang politisi yang benar-benar berniat untuk berdakwah, mengabdi untuk ratyat. saya yakin seratus persen orang yang seperti itu tidak akan kekurangan ru[piah. namun apabila tujuannya untuk rupiah, pasti yang di fikirkan bukan bagaimana caranya mensejahterakan rakyat. tapi bagaimana mengambil uang rakyat.

    

   Mungkin ini lah sebuah teguran, luntuk kita para generasi muda untuk berperan aktif untuk bersama-sama membangun bangsa Indonesia dengan bidang kita masing-masing. jangan hanya sekedar mengkeritik dan mengeluh. namun buktikan, sampai sejauh mana kamu memberi kontribusi untuk mengisi kemerdekaan.

Komentar

Tujuan Pendidikan Menurut Imam Ghazali

Tata Cara Mengirim Tulisan ke Harakatuna

Biografi : Ir. Soekarno

Cara Mengirim Artikel ke Opini detik.com