Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Jalan Bojong Mulus

Gambar
Oleh : Wasis Budiarto Di jalan itu aku perjuangkan pendidikan dan cita-cita Di jalan itu akupun sempat merangkai benang-benang cinta Di jalan itu aku melihat mereka melangkah mengais nafkah Dan di jalan itu sekarang, menjadi saksi bersimbahnya darah-darah Inilah Kebijakan yang tak bijak Hak-hak rakyat kecil telah dibajak Janji-janji terus diumbar dan berteriak Semuanya ini untuk kebaikan rakyat agar hidup enak Entah mau minta berapa lagi korban Dari rusaknya jalan karena tol idaman Inikah penyelesaian akan permasalahan Namun kita liahat bersama korban semakin bertaburan Jalan bojong mulus.........kehidupan rakyat bojong terurus Seperti semboyan yang pernah engkau cetus Dalan alus rejeki mulus............ Janji kampanye yang terlupakan dan tak terurus Jalan bojong mulus..........rakyat akan merasa tak pupus Harapan setiap harinya akan semakin lurus Tak takut akan truk-truk besar yang setiap saat bisa menggerus Debu dan lubang jalan tak ...

Sehelai Harapan

Gambar
Oleh : Wasis Budiarto Mata berkaca menatap kedepan Cita-cita dimana hembusan angin meragukan Daun-daun bergoyang mentertawakan Kicau burung bersorak akan datangnya kegagalan Sehingga sulit badan ini diajak untuk berlari Sinar mentari sirna karena  awan hitam menghalangi Jiwa tersudut merasa sendiri Namun gejolak semangat berkobar tak pernah mati Lihat relalita kehidupan sebagai isyarat bukti Tak ada yang tak mungkin bila mau beraksi Keyakinan dan ketekunan menjadi prasasti Karena sang pencipta alam semesta tak buta dan tuli Sehelai harapan yang dikatakan mimpi Akan menjadi nyata pelan namun pasti Keberanian dan semangat berkibar menghadapi Menuju hakikat kebahagiaan yang sejati

AKUlah yang Benar

Gambar
Oleh : Wasis Budiarto Di mimbar kau teriak kebenaran mengecam insan yang tak tahu akan jalan akulah yang paling benar dan yang tahu akan kebenaran ikutilah aku kalau ingin menjadi ahli surganya tuhan di mimbar lain juga berkomandang teriakan yang menggebu-gebu bagai genderang aku yang paling benar bukan kau yang masih telanjang semua yang kau lakukan itu salah, adu dalil aku menantang sedangkan di warung kopi pinggir jalan segerombolan anak sedang berniat melakukan pertaubatan sambil tangannya memegang secangkir anggur bergiliran semakin melayang bercampur dengan perdebatan yang membingungkan dua orang tua sedang mencangkul di sawah kumandang adzan membuat mereka berucap alhamdulillah waktu istirahat makan nasi tempe dan rokok kretek berdakwah panggilan sederhana yang membuat masalah terpecah

Hilangnya Kata Hati

Gambar
Oleh : Wasis Budiarto Kehidupan yang semakin penuh kemewahan Dihiasi dengan berbagai teknologi yang menawan Akal menjadi senjata yang dihandalkan Sebagai alat pelumpuh lawan Bila manusia tak lagi berbicara menggunakan hati Terbawa arus menuju kehidupan sunyi Walau musik terdengar sana sini Bagai desir angin yang tak ada arti Kerusakan terjadi tak terelakan lagi Karena keserakahan yang tak terkendali Semua berlomba untuk meraih mimpi Tanpa hiraukan tangisan orang yang tersakiti Hati tak bisa berbicara Hanya sekejab bingung melihat kejadian yang ada Kegersangan merebak melanda Kehidupan hampa dan tak bermakna

Biarlah Aku Bicara

Gambar
Oleh : Wasis Budiarto Bila memang kita mempunyai hak yang sama Kenapa mulut seakan terbungkam tak bisa berkata Aspirasi hanya tertumpuk dimeja kerja Nanti, akan dan semoga kata bijak sebagai senjata Kau bilang diam itu emas Kau bilang jangan menjadi  manusia culas Namun hati ini begitu harap-harap cemas Dengarkan kata dari manusia kurang waras Katanya kita sama Namun kenyataannya kita selalu di alam yang berbeda Katanya kita makhluk sosial Namun ketidak adilan tak menjadi soal Mulutmu harimaumu Kau katakan kepada lumbung aspirasi tak berserdadu Disini ingin aku mengadu Namun hanya lambaian angin malam yang menyapaku.

Pelawan Arus

Gambar
Pelawan Arus Oleh : Wasis Budiarto Saat aku di anjurkan Ku pilih memberontak dan tak pedulikan Saat semuanya lalai akan kebenaran Aku terbangun untuk lantang menyerukan Sehingga terpaan angin seakan terbiasa membelaiku Gelombang ombak berasa mesra tak kaku Hujan air mata sudah menjelma sebagai senandung lagu Ketidak percayadirian mencoba menggerogoti jiwaku Aku memang sama sepertimu Terjatuh dan tersungkur berlumur darah Tapi aku berbeda denganmu Aku segera bangkit dan di tempa semakin bergairah Aku sama sepertimu Seringkala terlena di zona aman yang membelenggu Tapi aku berbeda denganmu Aku berani bertanya bengapa ? dan berkata tidak akan semua itu
Gambar
ANAK ORANG Oleh : Wasis Budiarto Betapa enaknya dikau nak Pingin apa tinggal pak Ada masalah tinggal melapor bapak Hidupmu terasa mudah karena jaminan bapak Kau berjalan tegap percaya diri Melanggkah di zona aman yang sangat mudah kau lewati Hingga kau tak pernah melirik anak rakyat yang sedang berjuang sendiri Yang setiap tetes keberhasilannya selalu di syukuri Kau mengebu-gebu berterik akan sebeuah kesuksesan Karena kau telah melewati jalan mulus menuju kemerdekaan Anak rakyat merintih di sela-sela terjalnya jalanan Sedikit demi sedikit keluar dari penjajahan kehidupan Ingin sesuatu kau tinggal buat laporan Disini anak rakyat berusaha dan berdo’a hingga air mata bercucuran Kau yang telah terjamin akan sebuah kebahagiaan di masa depan Namun anak rakyat harus merasakan sakit dan sedih hanya untuk sebuah senyuman